Dari Kesetaraan Gender hingga Pelacakan Karbon: KOLTIVA Bersama Unilever, FCDO, dan EY Dukung Sugata Transformasi Rantai Pasok Kakao

Uncategorized5 Dilihat

Sugata, bersama mitra pelaksana KOLTIVA, serta didukung oleh Unilever, FCDO, dan EY melalui TRANSFORM Bestari, memimpin penerapan model terukur produksi kakao regeneratif di Aceh. Kolaborasi ini mengintegrasikan ketertelusuran digital, pertanian cerdas iklim, dan pelatihan inklusif gender untuk membantu petani kecil beralih menuju praktik produksi bebas deforestasi dan tangguh terhadap perubahan iklim. Melalui lima fokus kerja — Gender Action Learning System (GALS), Pengelolaan Lahan Percontohan (Demo Plot Management), Pertanian Regeneratif, Pengelolaan Limbah Kakao, dan Pemantauan Emisi Gas Rumah Kaca (GHG Monitoring) — program ini menanamkan prinsip keberlanjutan di setiap aspek operasional pertanian. Dalam kurun waktu satu tahun, proyek ini telah memberdayakan 500 produsen di 21 desa, membangun 10 lahan percontohan regeneratif, memasang unit biochar untuk mengubah limbah kakao menjadi kompos, serta memperkenalkan pengambilan keputusan inklusif gender di lebih dari 100 rumah tangga. Upaya ini menjadi fondasi rantai nilai kakao yang regeneratif dan bebas deforestasi di Aceh.

Industri kakao Indonesia memegang peranan penting bagi ekonomi lokal dan pasar global. Namun, produktivitas yang menurun, usia pohon yang menua, serta dampak perubahan iklim yang kian terasa menjadi tantangan besar bagi keberlanjutan sektor ini. Untuk menjawab persoalan tersebut, Sugata (PT Kudeungoe Sugata), perusahaan kakao berorientasi keberlanjutan dan pemulihan lingkungan, memimpin upaya pengembangan produksi kakao regeneratif dengan dukungan dari KOLTIVA dan mitra global — Unilever, Foreign, Commonwealth & Development Office (FCDO) Inggris, serta EY — melalui program TRANSFORM Bestari Challenge. 

Inisiatif ini mempercepat inovasi bagi petani kecil melalui integrasi ketertelusuran digital, pelatihan pertanian cerdas iklim, serta model pembiayaan inklusif. Dengan menggabungkan pendekatan berbasis komunitas Sugata dan ekosistem teknologi KOLTIVA — termasuk KoltiTrace untuk ketertelusuran “farm-to-bar” dan KoltiSkills untuk pelatihan petani — kolaborasi ini bertujuan membangun rantai nilai kakao yang lebih tangguh, berdaya saing, dan mendukung pelestarian hutan. 

Didirikan pada tahun 2018, Sugata dikenal sebagai salah satu pionir bean-to-bar di Indonesia yang secara langsung bermitra dengan petani kecil. Misi perusahaan untuk meregenerasi lahan terdegradasi dan memulihkan mata pencaharian masyarakat menempatkannya di garis depan inovasi kakao berkelanjutan di Tanah Air. 

Terletak di sisi timur Ekosistem Leuser seluas 2,6 juta hektare — salah satu hutan hujan tropis terakhir di dunia yang masih menjadi habitat bersama harimau, gajah, badak, dan orangutan Sumatra — Aceh menjadi jantung penting produksi kakao nasional. Dengan luas tanam lebih dari 101.000 hektare dan produksi tahunan sekitar 41.000 ton, Aceh tercatat sebagai provinsi penghasil kakao terbesar keempat di Indonesia (Invest in Aceh, 2023). Lanskap luas ini, yang menaungi sembilan sungai, tiga danau, serta 185.000 hektare lahan gambut dengan cadangan karbon mencapai 1,6 miliar ton, menyediakan air bersih bagi empat juta penduduk — layanan ekosistem yang ditaksir bernilai lebih dari US$600 juta per tahun. Namun, pohon kakao tua, serangan hama, cuaca ekstrem, dan alih fungsi hutan menjadi monokultur terus mengancam keberlanjutan sumber penghidupan masyarakat dan keseimbangan ekosistem. Dalam lima tahun terakhir, kawasan hutan dataran rendah Aceh telah kehilangan sekitar 20 persen tutupan hutannya (Global Conservation, 2023). 

Meningkatnya tekanan terhadap lingkungan dan regulasi global seperti EU Deforestation Regulation (EUDR), Sustainable Development Goals (SDGs), serta komitmen zero-deforestation korporasi besar, menandai era baru bagi industri kakao. Produksi kakao regeneratif, yang dikembangkan melalui sistem agroforestri, daur ulang nutrisi, dan ketertelusuran digital, kini menjadi strategi kunci untuk mencapai keberlanjutan sekaligus profitabilitas jangka panjang. 

Pada tahun 2024, program TRANSFORM: Bestari Challenge yang digagas oleh Unilever, FCDO, dan EY, mengundang pelaku usaha Indonesia untuk menghadirkan solusi inovatif dalam mendukung pencapaian SDGs, dengan hibah hingga £300.000 bagi pemenang. Program akselerator ini memadukan pendanaan dengan dukungan bisnis strategis untuk menjawab tantangan pembangunan berkelanjutan. Pada Oktober 2024, Sugata terpilih sebagai salah satu dari tiga pemenang utama, memperoleh dukungan untuk mengimplementasikan proyek kakao regeneratif di Aceh Tenggara selama 18 bulan. 

Untuk mempercepat pelaksanaan di lapangan, Sugata menggandeng KOLTIVA sebagai mitra pelaksana, menghadirkan keahlian dalam penerapan sistem ketertelusuran digital, pelatihan di tingkat petani, serta pengambilan keputusan berbasis data. Melalui lima pilar kegiatan utama — Gender Action Learning System (GALS), Pengelolaan Lahan Percontohan, Pertanian Regeneratif dan Agroforestri, Pengelolaan Limbah Kakao, serta Pemantauan Emisi Gas Rumah Kaca (GHG Monitoring) — kolaborasi ini menanamkan prinsip keberlanjutan di setiap kebun dan setiap keputusan petani. 

“Yang kami bangun bersama Sugata, Unilever, dan FCDO di Aceh bukan sekadar proyek, melainkan cetak biru masa depan industri kakao berkelanjutan,” ujar Joe Keen Poon, Executive Chairman of the Board KOLTIVA. “Bagi kami, petani kecil berhak mendapatkan lebih dari sekadar kepatuhan regulasi; mereka berhak atas teknologi, pelatihan, dan kesempatan yang adil untuk berkembang di pasar global. Dengan menghubungkan data lapangan secara real-time, pengambilan keputusan inklusif gender, dan pemantauan karbon dalam satu sistem, kami membuktikan bahwa regenerasi dan profitabilitas dapat berjalan beriringan — bahkan, keduanya adalah satu-satunya jalan ke depan.” 

Sejak akhir 2024, Sugata dan KOLTIVA telah mengembangkan kurikulum pelatihan, membangun lahan percontohan, dan melatih pelatih utama untuk mempercepat implementasi di lapangan. Dalam satu tahun pertama, lebih dari 500 petani kakao di 21 desa telah mendapatkan pelatihan melalui KoltiSkills, 10 lahan percontohan regeneratif didirikan dengan pemantauan emisi langsung, serta lima unit biochar dipasang untuk mengubah limbah kakao menjadi kompos, mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. Selain itu, 173 lahan telah disurvei untuk pemantauan emisi GHG, sementara lebih dari 100 rumah tangga kini menerapkan pengambilan keputusan inklusif gender melalui pendekatan GALS. 

“Sugata menunjukkan komitmen kuat untuk mendorong perubahan sosial dan lingkungan positif di sektor pertanian,” ujar Jessica Pauline, Country Lead Finance & Business Development Unilever Indonesia. “Perusahaan berdampak seperti Sugata berperan penting dalam menjawab tantangan keberlanjutan global. Melalui TRANSFORM, kami tidak hanya memberikan hibah, tetapi juga memperkuat kolaborasi lintas sektor agar dampak sosial dan lingkungan dapat tumbuh secara berkelanjutan.” 

Meski masih menghadapi tantangan seperti cuaca tidak menentu dan kesenjangan literasi digital, inisiatif ini telah menunjukkan bagaimana teknologi, data, dan partisipasi inklusif dapat membentuk masa depan baru bagi petani kakao — menghadirkan keuntungan ekonomi, manfaat lingkungan, dan ketahanan sosial yang lebih kuat bagi komunitas petani kecil di Aceh dan sekitarnya.