Harga Emas Menguat Tipis di Asia, Pasar Tetap Waspada Sinyal Fed

Uncategorized45 Dilihat

Harga emas (XAU/USD) kembali menjadi pusat perhatian pelaku pasar setelah pergerakan tajam pada akhir pekan lalu. Emas sempat anjlok hampir 2% pada perdagangan Jumat (14/11) sebelum akhirnya pulih dari level terendah harian di $4.032. Meskipun sempat bangkit, logam mulia tersebut tetap berada di bawah tekanan karena meningkatnya spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) dapat menghentikan siklus pelonggaran moneternya.

Berdasarkan analisis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, Harga XAU/USD masih diperdagangkan di bawah $4.100, atau melemah sekitar 1,72%. Andy menilai kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average terbaru menunjukkan bahwa momentum bullish mulai melemah, membuka peluang koreksi lebih dalam pada perdagangan hari ini.

Dari sudut pandang teknikal, Nugraha memproyeksikan dua skenario utama. Jika tekanan bearish berlanjut, emas berpotensi melanjutkan penurunan menuju area $4.038, yang menjadi support terdekat sekaligus level kritis bagi buyer.

Namun, jika harga gagal menembus support dan terjadi koreksi, maka potensi rebound terdekat berada di area $4.145, menjadi resistance awal yang harus dilewati untuk mengembalikan dominasi bullish.

Arah harga emas hari ini sangat ditentukan oleh respons pasar terhadap komentar para pejabat The Fed yang dijadwalkan berbicara malam nanti, termasuk John Williams, Philip Jefferson, Neel Kashkari, dan Christopher Waller.

Pada perdagangan sesi Asia hari Senin (17/11), emas sempat pulih tipis ke level $4.105, mengakhiri penurunan dua hari berturut-turut. Penguatan kecil ini terjadi seiring melemahnya dolar AS, namun para pelaku pasar tetap berhati-hati menjelang serangkaian pidato pejabat The Fed yang dapat mengubah ekspektasi pemangkasan suku bunga.

Sentimen risk-on sedikit meningkat setelah pemerintah federal AS kembali beroperasi usai Presiden Donald Trump menandatangani RUU pendanaan, mengakhiri penutupan pemerintahan terpanjang yang berlangsung 43 hari. Peristiwa ini meredakan permintaan aset safe haven, termasuk emas.

Namun demikian, ketidakpastian kembali muncul karena tertundanya rilis data ekonomi selama periode shutdown. Para analis memperkirakan data yang akan dirilis pekan ini dapat menunjukkan pelemahan pasar tenaga kerja dan potensi perlambatan ekonomi AS—dua faktor yang umumnya mendukung kenaikan emas karena menekan penguatan dolar AS.

Indeks Dolar AS (DXY) tercatat naik tipis 0,08% ke posisi 99,31, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik 2,5 basis poin menjadi 4,10%. Imbal hasil riil AS pun mengalami kenaikan hampir 3 basis poin ke 1,862%, menciptakan tekanan tambahan bagi emas yang tidak memberikan imbal hasil.

Meski begitu, ruang kenaikan harga emas dinilai masih terbuka, namun terbatas. Pernyataan hawkish pejabat The Fed, seperti Presiden Fed Kansas City Jeffery Schmid, meredupkan harapan pemangkasan suku bunga pada Desember. Probabilitas pemangkasan 25 bps kini turun menjadi 54%, dari sebelumnya 62,9%.