Telusuri Jejak Sejarah Perkeretaapian di Kota Kudus, KAI Daop 4 Semarang Ajak Komunitas Napak Tilas

Bisnis9 Dilihat

PT Kereta
Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 4 Semarang bersama komunitas pecinta kereta
api Indonesian Railways Preservation Society (IRPS), Kereta Anak Bangsa (KAB), Komunitas
Cerita Kudus Kota, dan Lelana Walking Tour melaksanakan kegiatan bertajuk “Telusuri
Jejak Kereta Api di Kudus” pada Minggu, 22 Juni 2025. Kegiatan ini diikuti oleh
lebih dari 60 peserta dari berbagai kalangan yang antusias menelusuri sisa-sisa
sejarah kejayaan perkeretaapian di Kota Kudus, Jawa Tengah.

Dalam napak
tilas ini, para peserta menyusuri rute sejauh 2 kilometer dari kawasan eks
Stasiun Kliwon (stasiun kereta api pertama di Kudus) menuju eks Stasiun Kudus
di kawasan Wergu. Sepanjang perjalanan, peserta diajak menyaksikan langsung
sisa-sisa peninggalan bersejarah seperti jalur rel lama, bangunan-bangunan
bekas operasional kereta api, perangkat persinyalan, serta jembatan besi peninggalan
masa kolonial yang hingga kini masih berdiri kokoh.

Manager
Humas KAI Daop 4 Semarang, Franoto Wibowo mengungkapkan bahwa kegiatan ini
merupakan bagian dari komitmen KAI untuk menggali, melestarikan, sekaligus
mengedukasi masyarakat mengenai sejarah panjang perkeretaapian di Tanah Air,
khususnya di Kota Kudus.

“Banyak
generasi muda maupun warga Kudus sendiri yang belum mengetahui bahwa daerah ini
dulu memiliki jaringan kereta api trem yang cukup maju dan bahkan memiliki
stasiun besar yang menjadi denyut transportasi dan perekonomian wilayah ini.
Melalui kegiatan ini, kami ingin membuka kembali ingatan sejarah itu agar tidak
hilang ditelan zaman,” ungkap Franoto.

Mengenal
Sekilas Sejarah Perkeretaapian di Kudus

Jejak
perkeretaapian di Kudus tak lepas dari kehadiran perusahaan trem swasta
Samarang-Joana Stoomtram Maatschappij (SJS) yang mengembangkan jaringan trem di
wilayah ini sejak akhir abad ke-19. Jalur pertama dibangun dari Semarang menuju
Joana, melintasi Demak, Kudus, dan Pati, sepanjang total 87,2 km. Stasiun Kudus
diresmikan bersamaan dengan pembukaan lintas Demak-Kudus pada 15 Maret 1884.

Menariknya,
stasiun pertama di Kudus, dikenal sebagai Stasiun Kliwon yang dibangun dari
kayu sederhana, berdekatan dengan Alun-Alun dan Pabrik Gula Rendeng sebagai
bagian dari strategi SJS untuk menghubungkan pusat produksi gula dengan
pelabuhan ekspor. Seiring pertumbuhan kota, jalur trem dan stasiun dipindahkan
ke Wergu pada tahun 1919 dengan bangunan baru yang lebih megah lengkap dengan
kanopi besi berhias kaca berwarna, menjadikannya salah satu stasiun paling
modern pada masanya.

Setelah masa
kejayaannya, perlahan-lahan aktivitas perkeretaapian di Kudus menurun, hingga
akhirnya stasiun berhenti beroperasi pada 1980-an.

Ketua IRPS
Korwil Semarang, Bachtiar Yosanto, menambahkan bahwa kegiatan ini juga
bertujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat bahwa Kudus pernah menjadi
bagian penting dalam sejarah transportasi kereta api di Jawa Tengah.

“Banyak
yang tidak tahu kalau dulu di sini ada jalur kereta api aktif, bahkan stasiun
besar yang kini masih ada bekasnya. Ini aset sejarah yang sangat layak untuk
diangkat kembali, baik sebagai bahan edukasi, wisata sejarah, maupun bagian
dari identitas kota Kudus,” jelas Bachtiar.

Melalui
kegiatan ini, KAI Daop 4 Semarang dan komunitas berharap dapat menumbuhkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian situs sejarah perkeretaapian
sebagai bagian dari warisan budaya bangsa.

“Kami berharap kegiatan seperti ini bisa dilaksanakan
berkala dan melibatkan lebih banyak pihak, termasuk pemerintah daerah dan
generasi muda, agar sejarah panjang perkeretaapian Indonesia tetap hidup dan
memberi manfaat bagi masyarakat luas,” tutup Franoto.

Artikel ini juga tayang di VRITIMES